'/> Pengertian Kontek Dan Hubungan Antara Wacana, Konteks Situasi, Dan Konteks Kultural

Info Populer 2022

Pengertian Kontek Dan Hubungan Antara Wacana, Konteks Situasi, Dan Konteks Kultural

Pengertian Kontek Dan Hubungan Antara Wacana, Konteks Situasi, Dan Konteks Kultural
Pengertian Kontek Dan Hubungan Antara Wacana, Konteks Situasi, Dan Konteks Kultural
Wacana selalu berada pada lingkungan atau konteksnya. Konteks tersebut terdiri atas konteks kultural dan konteks situasi. Konteks kultural merupakan sistem skor dan norma yang merepresentasikan suatu kepercayaan di dalam suatu kebudayaan. Sistem skor itu termasuk apa-apa yang dipercaya (benar dan salah, baik dan buruk), termasuk di dalamnya ideologi, yang mengatur faktor sosial yang berlaku umum dalam suatu kebudayaan (Philips dalam Bhatt, 2002). Pada sisi lain, norma dipandang sebagai realisasi sistem skor di dalam bentuk hukum yang mengawal proses sosial, apa yang harus dan tidak harus, boleh dan dilarang dikerjakan anggota masyarakatnya di dalam melaksanakan suatu proses sosial.

Sementara itu, konteks situasi merupakan lingkungan eksklusif yang berada di dalam wacana. Menurut Halliday (1985a; 1994; Halliday & Hasan, 1985; Martin, 1992) konteks situasi terdiri atas tiga aspek: medan (field), pelibat (tenor), dan sarana (mode), yang bekerja secara simultan membentuk suatu konfigurasi kontekstual atau konfigurasi arti. Jika digambarkan, relasi antara konteks kultural, konteks situasi, dan perihal bahasa yang sedang melaksanakan fungsi sosialnya sanggup dilihat pada gambar diberikut ini.

Gambar 1 Hubungan antara Wacana, Konteks Situasi, dan Konteks Kultural


Konfigurasi kontekstual ini akan memilih ekspresi (bentuk) dan arti kebahasaan (register) yang dipakai untuk merealisasikan proses sosial. Medan merujuk pada suatu insiden dengan lingkungannya, yang sering diekspresikan dengan apa yang terjadi, kapan, di mana, dan bagaimana terjadinya. Pelibat merupakan tipe partisipan yang terlibat di dalam insiden tersebut serta status dan tugas sosial yang dilakukan oleh partisipan tersebut. Sementara itu, sarana mencakup dua aspek, yaitu jalan masuk (channel) dan medium. Saluran merupakan gaya bahasa yang dipakai untuk mengekspresikan insiden tersebut. Saluran ini mencakup aspek gaya bahasa yang dipakai untuk merealisasikan insiden (lisan atau tulis). Aspek medium dipakai untuk menyalurkan proses sosial tersebut. Medium ini sanggup berupa medium ekspresi atau tulis, medium audio, visual, atau audiovisual. Jika digambarkan, konfigurasi ketiga aspek konteks situasi sanggup dilihat pada gambar diberikut ini.

Gambar 2 Konfigurasi Aspek Konteks Situasi


Pengertian konteks situasi ini sering diperdebatkan apakah bergotong-royong konteks ini bersifat dinamis atau sinoptis atau statis. Model dinamik konteks situasi menawarkan bahwa konfigurasi kontekstual atau konfigurasi arti sanggup berubah secara dinamis sepanjang wacana. Sejumlah sangat menguasai memanfaatkan model ini knorma dan moral mereka menganalisis perihal lisan, menyerupai dalam percakapan, seminar, atau debat. Di dalam perihal menyerupai ini aspek medan, pelibat, dan sarananya sanggup berubah sepanjang perihal berjalan menuju tujuan yang dicapai (O'Donnell, 1999). Sementara itu, model sinoptik atau statik memiliki konfigurasi kontekstual yang ludang kecepeh mapan sepanjang wacana. Oleh alasannya yaitu itu, model ini sering dipakai di dalam menganalisis perihal tulis, menyerupai editorial dan diberita yang memiliki konfigurasi kontekstual ludang kecepeh mapan kalau dibanding dengan perihal lisan.

Sumber: Fairul Zawet, Sutejo, Mu'jizah, dan Dad Murniah .2014.Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan : buku guru/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.-- Edisi Revisi. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Advertisement

Iklan Sidebar