'/> Pendekatan Saintifik Pada Kurikulum 2013

Info Populer 2022

Pendekatan Saintifik Pada Kurikulum 2013

Pendekatan Saintifik Pada Kurikulum 2013
Pendekatan Saintifik Pada Kurikulum 2013
A. Esensi Pendekatan Ilmiah

Proses pembelajaran sanggup dipadankan dengan suatu proses ilmiah, alasannya ialah itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah atau pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah atau pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan penerima didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan ludang keringh mengedepankan

pelararan induktif (inductive reasoning) dibandingkan dengan pikiran sehat deduktif (deductivereasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik akhir yang spesifik.Sebaliknya, pikiran sehat induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik akhir secara keseluruhan.Sejatinya, pikiran sehat induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam korelasi idea yang ludang keringh luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan akhir umum. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik pemeriksaan atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk sanggup disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang sanggup diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip pikiran sehat yang spesifik.Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian acara pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.

B. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah

Menurut Permendikbud no. 81 A Tahun 2013 lampiran IV wacana Pedoman Umum Pembelajaran dinyatakan bahwa Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman mencar ilmu pokok yaitu:

a. mengamati;
b. menanya;
c. mengumpulkan informasi;
d. mengasosiasi; dan
e. mengkomunikasikan.

Kelima pembelajaran pokok tersebut sanggup dirinci dalam aneka macam kegiatan mencar ilmu sebagaimana tercantum dalam tabel diberikut. 

Tabel 1: Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan Maknanya

LANGKAH
PEMBELAJARAN

KEGIATAN BELAJAR
KOMPETENSI YANG
DIKEMBANGKAN
Mengamati
Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat)
Melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi
Menanya
Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik)
Mengembangkan kreativitas, rasa
ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat
Mengumpulkan
informasi/
eksperimen
 melakukan eksperimen
 membaca sumber lain selain buku teks
 mengamati objek/ kejadian/
 aktivitas
 wawancara dengan narasumber
Mengembangkan sikap teliti,
jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
Mengasosiasikan/
mengolah informasi
 mengolah informasi yang sudah
dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.
 Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber
yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.
Mengembangkan sikap jujur, teliti,
disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan
.
Mengkomunikasi
kan
Menyampaikan hasil pengamatan,
kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya
Mengembangkan sikap jujur, teliti,
toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan
singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.



1. Mengamati

Kegiatan mencar ilmu yang dilakukan dalam proses mengamati adalah: membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat). Kompetensi yang dikembangkan adalah: melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi.

Metode mengamati mengutamakan keberartian proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini mempunyai keunggulan tertentu, ibarat menyajikan media objek secara nyata, penerima didik bahagia dan tertantang, dan simpel pengaplikasiannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang usang dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jikalau tidak terkendali akan mengaburkan arti serta tujuan pembelajaran.
Metode mengamati sangat berguna bagi pemenuhan rasa ingin tahu penerima didik, sehingga proses pembelajaran mempunyai keberartian yang tinggi. Dengan metode observasi penerima didik menemukan fakta bahwa ada korelasi antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang dipakai oleh guru.

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah ibarat diberikut ini.
a. Menentukan objek apa yang akan diobservasi
b. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi
c. Menentukan secara terperinci data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder
d. Menentukan di mana daerah objek yang akan diobservasi
e. Menentukan secara terperinci bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data biar berjalan simpel dan lancar
f. Menentukan cara dan melaksanakan pencatatan atas hasil observasi, ibarat memakai buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.
Praktik observasi dalam pembelajaran hanya akan akibattif jikalau penerima didik dan guru mekompliti diri dengan dengan alat-alat pencatatan dan alat-alat lain, ibarat (1) tape recorder, untuk merekam pembicaraan; (1) kamera, untuk merekam objek atau kegiatan secara visual; (2) film atau video, untuk merekam kegiatan objek atau secara audio-visual; dan (3) alat-alat lain sesuai dengan keperluan.

Secara ludang keringh luas, alat atau instrumen yang dipakai dalam melaksanakan observasi, sanggup berupa daftar cek (checklist), skala rentang (rating scale), catatan anekdotal (anecdotal record), catatan berkala, dan alat mekanikal (mechanical device). Daftar cek sanggup berupa suatu daftar yang diberisikan nama-nama subjek, objek, atau faktor- faktor yang akan diobservasi. Skala rentang , berupa alat untuk mencatat tanda-tanda atau fenomena berdasarkan tingkatannya. Catatan anekdotalberupa catatan yang dibentuk oleh penerima didik dan guru mengenai kelakuan-kelakuan luar biasa yang ditampilkan oleh subjek atau objek yang diobservasi.


2. Menanya

Kegiatan mencar ilmu menanya dilakukan dengan cara: mengajukan pertanyaan wacana informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi komplemen wacana apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual hingga ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan ialah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perluuntuk hidup cerdas dan mencar ilmu sepanjang hayat.

Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga sanggup dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tasumsi verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya: Apakah ciri-ciri kalimat yang akibattif? Bentuk pernyataan, misalnya: Sebutkan ciri-ciri kalimat akibattif!

a. Fungsi bertanya
  1. ) Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian penerima didik wacana suatu tema atau topik pembelajaran. 
  2. ) Mendorong dan menginspirasi penerima didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri. 
  3. ) Mendiagnosis kesusahan mencar ilmu penerima didik sekaligus memberikan ancangan untuk mencari solusinya. 
  4. ) Menstrukturkan tugas-tugas dan memdiberikan kesempatan kepada penerima didik untuk memberikan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang didiberikan. 
  5. ) Membangkitkan keterampilan penerima didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memdiberi jawabanan secara logis, sistematis, dan memakai bahasa yang baik dan benar. 
  6. ) Mendorong partisipasi penerima didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan. 
  7. ) Membangun sikap keterbukaan untuk saling memdiberi dan mendapatkan pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok. 
  8. ) Membiasakan penerima didik berpikir impulsif dan cepat, serta sigap dalam merespon dilema yang tiba-tiba muncul. 
  9. ) Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berpeduli satu sama lain. 
b. Kriteria pertanyaan yang baik
1) Singkat dan Jelas

Contoh: (1) Seberapa jauh pemahaman Anda mengenai faktor-faktor yang mengakibatkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang? (2) Faktor-faktor apakah yang mengakibatkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan terlarang?Pertanyaan kedua ludang keringh singkat dan ludang keringh terperinci dibandingkan dengan pertanyaan pertama.

2) Menginspirasi Jawaban

Contoh: Membangun semangat kerukunan umat beragama itu sangat penting pada bangsa yang multiagama. Jika suatu bangsa gagal membangun semangat kerukukan beragama, akan muncul aneka dilema sosial kemasyarakatan. Coba jelaskan jawaban sosial apa saja yang muncul, jikalau suatu bangsa gagal membangun kerukunan umat beragama?Dua kalimat yang mengawali pertanyaan di muka merupakan pola yang didiberikan guru untuk menginspirasi jawabanan penerima menjawaban pertanyaan.

3) Memiliki Fokus

Contoh: Faktor-faktor apakah yang mengakibatkan terjadinya kemiskinan?Untuk pertanyaan ibarat ini sebaiknya masing-masing penerima didik diminta memunculkan satu jawabanan. Peserta didik pertama hingga kelima contohnya menjawaban: kebodohan, kemalasan, tidak mempunyai modal usaha, kelangkaan sumber daya alam, dan keterisolasian geografis. Jika masih tersedia alternatif jawabanan lain, penerima didik yang keenam dan seterusnya, sanggup dimintai jawabanan. Pertanyaan yang luas ibarat di atas sanggup dipersempit, misalnya: Mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan?Pertanyaan ibarat ini dimintakan jawabanannya kepada penerima didik secara perorangan.

4) Bersifat Probing atau Divergen

Contoh: (1) Untuk meningkatkan kualitas hasil belajar, apakah penerima didik harus rajin belajar?(2) Mengapa penerima didik yang sangat malas mencar ilmu cenderung menjadi putus sekolah? Pertanyaan pertama cukup dijawaban oleh penerima didik dengan Ya atau Tidak. Sebaliknya, pertanyaan kedua menuntut jawabanan yang bervariasi urutan jawabanan dan penjelasannya, yang kemungkinan mempunyai bobot kebenaran yang sama.

5) Bersifat Validatif atau Penguatan

Pertanyaan sanggup diajukan dengan cara meminta kepada penerima didik yang berbeda untuk menjawaban pertanyaan yang sama. Jawaban atas pertanyaan itu dimaksudkan untuk memvalidsi atau melaksanakan penguatan atas jawabanan penerima didik sebelumnya. Kadab beberapa orang penerima didik telah memdiberikan jawabanan yang sama, sebaiknya guru menghentikan pertanyaan itu atau meminta mereka memunculkan jawabanan yang lain yang berbeda, namun sifatnya menguatkan. Contoh:

o Guru: “mengapa kemalasan menjadi penyebab kemiskinan”?
o Peserta didik I: “karena orang yang malas ludang keringh banyak membisu ketidak seimbang bekerja.”
o Guru: “siapa yang sanggup mekompliti jawabanan tersebut?”
o Peserta didik II: “karena ludang keringh banyak membisu ketidak seimbang bekerja, orang yang malas tidak produktif”
o Guru : “siapa yang sanggup mekompliti jawabanan tersebut?”
o Peserta didik III: “orang malas tidak bertindak aktif, sehingga kehilangan waktu terlalu banyak untuk bekerja, alasannya ialah itu beliau tidak produktif.”

6) Memdiberi Kesempatan Peserta Didik untuk Berpikir Ulang

Untuk menjawaban pertanyaan dari guru, penerima didik memerlukan waktu yang cukup untuk memikirkan jawabanannya dan memverbalkannya dengan kata-kata.Karena itu, sehabis mengajukan pertanyaan, guru hendaknya menunggu beberapa ketika sebelum meminta atau menunjuk penerima didik untuk menjawaban pertanyaan itu.

7) Merangsang Peningkatan Tuntutan Kemampuan Kognitif

Pertanyaan guru yang baik membuka peluang penerima didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang makin meningkat, sesuai dengan tuntunan tingkat kognitifnya.Guru mengemas atau mengubah pertanyaan yang menuntut jawabanan dengan tingkat kognitif rendah ke makin tinggi, ibarat dari sekadar mengingat fakta ke pertanyaan yang menggugah kemampuan kognitif yang ludang keringh tinggi, ibarat pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. Kata-kata kunci pertanyaan ini, seperti: apa, mengapa, bagaimana, dan seterusnya.

8) Merangsang Proses Interaksi

Pertanyaan guru yang baik mendorong munculnya interaksi dan suasana menyenangkan pada diri penerima didik.Dalam kaitan ini, sehabis memberikan pertanyaan, guru memdiberikan kesempatan kepada penerima didik mendiskusikan jawabanannya.Setelah itu, guru memdiberi kesempatan kepada seorang atau beberapa orang penerima didik diminta memberikan jawabanan atas pertanyaan tersebut.Pola bertanya ibarat ini memposisikan guru sebagai wahana pemantul.
c. Tingkatan Pertanyaan

Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi penerima didik untuk memdiberikan jawabanan yang baik dan benar pula. Guru harus memahami kualitas pertanyaan, sehingga menggambarkan tingkatan kognitif ibarat apa yang akan disentuh, mulai dari yang ludang keringh rendah hingga yang ludang keringh tinggi. Bobot pertanyaan yang menggambarkan tingkatan kognitif yang ludang keringh rendah hingga yang ludang keringh tinggi disajikan diberikut ini.

Tingkatan
Sub tingkatan
Kata-kata kunci pertanyaan
Kognitif
yang lebih rendah
Pengetahuan
(knowledge)
§    Apa...
§    Siapa...
§    Kapan...
§    Di mana...
§    Sebutkan...
§    Jodohkan atau pasangkan...
§    Persamaan kata...
§    Golongkan...
§    Berilah nama...
§    Dll.
Pemahaman
(comprehension)
§   Terangkahlah...
§   Bedakanlah...
§   Terjemahkanlah...
§   Simpulkan...
§   Bandingkan...
§   Ubahlah...
§   Berikanlah interpretasi...
Penerapan
(application
§   Gunakanlah...
§   Tunjukkanlah...
§   Buatlah...
§   Demonstrasikanlah...
§   Carilah hubungan...
§   Tulislah contoh...
§   Siapkanlah...
§   Klasifikasikanlah...
Kognitif yang lebih tinggi
Analisis (analysis)
§   Analisislah...
§   Kemukakan bukti-bukti…
§   Mengapa…
§   Identifikasikan
§   Tunjukkanlah sebabnya…
§   Berilah alasan-alasan
Sintesis
(synthesis)
§   Ramalkanlah
§   Bentuk…
§   Ciptakanlah
§   Susunlah
§   Rancanglah...
§   Tulislah
§   Bagaimana kita dapat memecahkan
§   Apa yang terjadi seaindainya
§   Bagaimana kita dapat memperbaiki…
§   Kembangkan
Evaluasi
(evaluation)
§   Berilah pendapat
§   Alternatif mana yang lebih baik
§   Setujukah anda…
§   Kritiklah
§   Berilah alasan
§   Nilailah
§   Bandingkan
§   Bedakanlah




3. Mengumpulkan informasi/ Eksperimen (Mencoba)

Mengumpulkan informasi/ eksperimen kegiatan pembelajarannya antara lain:
a. melaksanakan eksperimen;
b. membaca sumber lain selain buku teks;
c. mengamati objek/ kejadian/aktivitas; dan d. wawancara dengan narasumber.

Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengumpulkan informasi/ eksperimen ialah Mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui aneka macam cara yang dipelajari, mengembangkan kudang keringasaan mencar ilmu dan mencar ilmu sepanjang hayat.

Untuk memperoleh hasil mencar ilmu yang nyata atau autentik, penerima didik harus mencoba atau melaksanakan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Peserta didik pun harus mempunyai keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan wacana alam sekitar, serta bisa memakai metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.

Agar pengaplikasian percobaan sanggup berjalan lancar (1) Guru hendaknya merumuskan tujuan eksperimen yanga akan dilaksanakan anak didik, (2) Guru bersama anak didik mempersiapkan perkomplitan yang dipergunakan, (3) Perlu memperhitungkan daerah dan waktu, (4) Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan anak didik, (5) Guru membicarakan kasus yanga akan yang akan dijadikan eksperimen, (6) Membagi kertas kerja kepada anak didik, (7) Murid melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru, dan (8) Guru mengumpulkan hasil kerja anak didik dan mengpenilaiannya, bila dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.

4. Mengasosiasi/ Mengolah informasi

Kegiatan mencar ilmu yang dilakukan dalam proses mengasosiasi / mengolah informasi sebagai diberikut.

a. mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.

b. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman hingga kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari aneka macam sumber yang mempunyai pendapat yang berbeda hingga kepada yang bertentangan.

Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengasosiasi/ mengolah inofrmasi ialah Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan mekanisme dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

Dalam kegiatan mengasosiasi/ mengolah informasi terdapat kegiatan menalar. Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan penerima didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi penerima didik harus ludang keringh aktif daripada guru.Penalaran ialah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang sanggup diobservasi untuk memperoleh akhir berupa pengetahuan.

Penalaran dimaksud merupakan pikiran sehat ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak selalu tidak berkhasiat.Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemanan dari reasonsing, meski istilah ini juga berarti menalar atau penalaran.Karena itu, istilah acara menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori mencar ilmu asosiasi atau pembelajaran asosiatif.Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan bermacam-macam ide dan mengasosiasikan bermacam-macam kejadian untuk kemudian memasukannya menjadi bagian memori.

Bagaimana aplikasinya dalam proses pembelajaran? Aplikasi pengembangan acara pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar penerima didik sanggup dilakukan dengan cara diberikut ini.

1) Guru menyusun materi pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum.

2) Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah. Tugas utama guru ialah
memdiberi instruksi singkat tapi terperinci dengan disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi.

3) Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang sederhana  (persyaratan rendah) hingga pada yang kompleks (persyaratan tinggi).

4) Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang sanggup diukur dan diamati

5) Seriap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki

6) Perlu dilakukan pengulangan dan latihan biar sikap yang diinginkan sanggup menjadi kudang keringasaan atau pelaziman.

7) Evaluasi atau peskoran didasari atas sikap yang nyata atau otentik.

8) Guru mencatat tiruana kemajuan penerima didik untuk kemungkinan memdiberikan tindakan pembelajaran perbaikan.


5. Mengkomunikasikan

Kegiatan mencar ilmu mengkomunikasikan ialah memberikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kompetesi yang dikembangkan dalam tahapan mengkomunikasikan ialah Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

Dalam kegiatan mengkomunikasikan sanggup dilakukan pembelajaran kolaboratif.Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, ludang keringh dari sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup insan yang menempatkan dan meartii kolaborasi sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja rupa untuk megampangkan perjuangan kolektif untuk mencapai tujuan bersama.

Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru dan fungsi guru ludang keringh bersifat direktif atau manajer belajar.Sebaliknya, penerima didiklah yang harus ludang keringh aktif.Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah peribadi, ia menyentuh wacana bukti diri penerima didik terutama jikalau mereka berafiliasi atau diberinteraksi dengan yang lain atau guru.

Dalam situasi kolaboratif itu, penerima didik diberinteraksi dengan peduli, saling menghormati, dan mendapatkan kekurangan atau keludang keringhan masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa kondusif sehingga memungkin penerima didik menghadapi aneka perubahan dan tntutan mencar ilmu secara bersama-sama.

Ada empat sifat kelas atau pembelajaran kolaboratif. Dua sifat berkenaan dengan perubahan korelasi antara guru dan penerima didik. Sifat ketiga berkaitan dengan pendekatan gres dari penyampaian guru selama proses pembelajaran. Sifat keempat menyatakan isi kelas atau pembelajaran kolaboratif.

1. Guru dan Peserta Didik Saling Berbagi Informasi

Dengan pembelajaran kolaboratif, penerima didik mempunyai ruang gerak untuk meskor dan membina ilmu pengetahuan, pengalaman personal, bahasa komunikasi, seni administrasi dan konsep pembelajaran sesuai dengan teori, serta menautkan kondisi sosiobudaya dengan situasi pembelajaran. Di sini, kiprah guru ludang keringh banyak sebagai pembimbing dan manajer mencar ilmu ketidak seimbang memdiberi instruksi dan mengawasi secara rijid.

2. Berbagi Tugas dan Kewenangan

Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru menyebarkan kiprah dan kewenangan dengan penerima didik, khususnya untuk hal-hal tertentu. Cara ini memungkinan penerima didik menimba pengalaman mereka sendiri, menyebarkan seni administrasi dan informasi, menghormati antarsesa, mendorong tumbuhnya ide-ide cerdas, terlibat dalam pemikiran kreatif dan kritis serta memupuk dan menggalakkan mereka mengambil kiprah secara terbuka dan berarti.

Pemanfaatan Internet
Pemanfaatan internet sangat dianjurkan dalam pembelajaran atau kelas kolaboratif. Karena memang, internet merupakan salah satu jejaring pembelajaran dengan susukan dan ketersediaan informasi yang luas dan gampang.Saat ini internet telah menyediakan diri sebagai rujukan yang murah dan simpel bagi penerima didik atau siapa saja yang hendak mengubah wajah dunia.

Penggunaan internet disarakan makin mendesak sejalan denan perkembangan pengetahuan terjadi secara eksponensial. Masa depan ialah milik penerima didik yang mempunyai susukan hampir ke seluruh informasi tanpa batas dan mereka yang bisa memanfaatkan informasi diterima secepat mungkin.

Daftar Pustaka
Allen, L. (1973). An Examination of the Ability of Third Grade Children from the Science Curriculum Improvement Study to Identify Experimental Variables and to Recognize Change.Science Education, 57, 123-151.
Kemdikbud.2013.    Permendikbud    Nomor    81A    tentang    Implementasi    Kurikulum.Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Padilla, M., Cronin, L., & Twiest, M. (1985).The Development and Validation of the Test of Basic Process Skills. Paper Presented at the Annual meeting of the National Association for Research in Science Teaching, French Lick, IN.
Quinn, M., & George, K. D. (1975).Teaching Hypothesis Formation.Science Education, 59, 289-296.
Science Education, 62, 215-221.

Thiel, R., & George, D. K. (1976).Some Factors Affecting the use of the Science Process Skill of
Prediction by Elementary School Children. Journal of Research in Science Teaching, 13, 155-
166.
Tomera, A. (1974). Transfer and Retention of Transfer of the Science Processes of Observation and

Comparison in Junior High School Students.Science Education, 58, 195-203.
Advertisement

Iklan Sidebar