'/> Rasional Pengembangan Kurikulum 2013

Info Populer 2022

Rasional Pengembangan Kurikulum 2013

Rasional Pengembangan Kurikulum 2013
Rasional Pengembangan Kurikulum 2013
Pengembangan kurikulum perlu dilakukan lantaran adanya banyak sekali tantangan yang dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal. Ludang kecepeh lanjut di bawah ini penjelasannya.
Guru-guru perempuan di Korea Selatan yang mengajar les Bahasa Inggris.


1. Tantangan Internal

Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang mencakup sesuai ketentuan pengelolaan, sesuai ketentuan biaya, sesuai ketentuan sarana prasarana, sesuai ketentuan pendidik dan tenaga kependidikan, sesuai ketentuan isi, sesuai ketentuan proses, sesuai ketentuan pepenilaianan, dan sesuai ketentuan kompetensi lulusan. Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Terkait dengan perkembangan penduduk, SDM usia produktif yang melimpah apabila mempunyai kompetensi dan keterampilan akan menjadi modal pembangunan yang luar biasa besarnya. Namun, apabila tidak mempunyai kompetensi dan keterampilan tentunya akan menjadi beban pembangunan. Oleh alasannya ialah itu, tantangan besar yang dihadapi ialah bagaimana mengupayakan biar SDM usia produktif yang melimpah ini sanggup ditransformasikan menjadi SDM yang mempunyai kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan biar tidak menjadi beban.

2. Tantangan Eksternal

Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain berkaitan dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diharapkan di masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta banyak sekali fenomena negatif yang mengemuka.

3. Penyempurnaan Pola Pikir

Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan hanya akan sanggup terwujud apabila terjadi pergeseran atau perubahan contoh pikir. Pergeseran itu mencakup proses pembelajaran sebagai memberikankut.
  • a. Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa. 
  • b. Dari satu arah menuju interaktif. 
  • c. Dari isolasi menuju lingkungan jejaring. 
  • d. Dari pasif menuju aktif-menyelidiki. 
  • e. Dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata. 
  • f. Dari pembelajaran langsung menuju pembelajaran berbasis tim. 
  • g. Dari luas menuju sikap khas memberdayakan kaidah keterikatan. 
  • h. Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru. 
  • i. Dari alat tunggal menuju alat multimedia. 
  • j. Dari kekerabatan satu arah bergeser menuju kooperatif. 
  • k. Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan. 
  • l. Dari perjuangan sadar tunggal menuju jamak. 
  • m. Dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak. 
  • n. Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan. 
  • o. Dari pemikiran faktual menuju kritis. 
  • p. Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan. 
4. Penguatan Tata Kelola Kurikulum

Pada Kurikulum 2013, penyusunan kurikulum dimulai dengan memutuskan sesuai ketentuan kompetensi lulusan berdasarkan kesiapan penerima didik, tujuan pendidikan nasional, dan kebutuhan.Setelah kompetensi ditetapkan kemudian ditentukan kurikulumnya yang terdiri dari kerangka dasar kurikulum dan struktur kurikulum.Satuan pendidikan dan guru tidak dimemberikankan kewenangan menyusun silabus, tetapi disusun pada tingkat nasional. Guru ludang kecepeh dimemberikankan kesempatan membuatkan proses pembelajaran tanpa harus dibebani dengan tugas-tugas penyusunan silabus yang memakan waktu yang banyak dan memerlukan penguasaan teknis penyusunan yang sangat memberatkan guru.

Hasil monitoring dan memperbaiki terlaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang dilakukan Balitbang pada tahun 2010 juga memperlihatkan bahwa secara umum total waktu pembelajaran yang dialokasikan oleh banyak guru untuk beberapa mata pelajaran di SD, SMP, dan Sekolah Menengan Atas ludang kecepeh kecil dari total waktu pembelajaran yang dialokasikan berdasarkan Standar Isi. Di samping itu, dikaitkan dengan ketidak ringan dan sepelean yang dihadapi guru dalam melakukan KTSP, ada kemungkinan waktu yang dialokasikan dalam Standar Isi tidak sanggup dilaksanakan sepenuhnya.Hasil monitoring dan memperbaiki ini juga memperlihatkan bahwa banyak kompetensi yang perumusannya tidak ringan dan sepele dipahami guru, dan kalau diajarkan kepada siswa tidak ringan dan sepele dicapai oleh siswa.

5. Pendalaman dan Perluasan Materi

Berdasarkan analisis hasil PISA 2009, ditemukan bahwa dari 6 (enam) level kemampuan yang dirumuskan di dalam studi PISA, hampir tiruana penerima didik Indonesia hanya bisa menguasai pelajaran hingga level 3 (tiga) saja, sementara negara lain yang terlibat di dalam studi ini banyak yang mencapai level 4 (empat), 5 (lima), dan 6 (enam). Dengan keyakinan bahwa tiruana insan diciptakan sama, interpretasi yang sanggup disimpulkan dari hasil studi ini, hanya satu, yaitu yang kita ajarkan berbeda dengan tuntutan zaman.

Analisis hasil TIMSS tahun 2007 dan 2011 di bidang matematika dan IPA untuk penerima didik kelas 2  SMP juga memperlihatkan hasil yang tidak jauh berbeda. Untuk bidang matematika, ludang kecepeh dari 95% penerima didik Indonesia hanya bisa mencapai level menengah, sementara contohnya di Taiwan hampir 50% penerima didiknya bisa mencapai level tinggi dan advance. Dari hasil ini sanggup disimpulkan bahwa yang diajarkan di Indonesia berbeda dengan apa yang diujikan atau yang disesuai ketentuankan di tingkat internasional.

Untuk bidang IPA, pencapaian penerima didik kelas 2 Sekolah Menengah Pertama juga tidak jauh berbeda dengan pencapaian yang mereka peroleh untuk bidang matematika. Hasil studi pada tahun 2007 dan 2011 memperlihatkan bahwa ludang kecepeh dari 95% penerima didik Indonesia hanya bisa mencapai level menengah, sementara hampir 40% penerima didik Taiwan bisa mencapai level tinggi dan lanjut (advanced). Dengan keyakinan bahwa tiruana anak dilahirkan sama, kesimpulan yang sanggup diambil dari studi ini ialah bahwa apa yang diajarkan kepada penerima didik di Indonesia berbeda dengan apa yang diujikan atau disesuai ketentuankan di tingkat internasional.

Hasil studi internasional untuk reading dan literacy (PIRLS) yang ditujukan untuk kelas IV SD juga memperlihatkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan hasil studi untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama menyerupai yang dipaparkan terberlalu dan silam. Dalam hal membaca, ludang kecepeh dari 95% penerima didik Indonesia di SD kelas IV juga hanya bisa mencapai level menengah, sementara ludang kecepeh dari 50% siswa Taiwan bisa mencapai level tinggi dan advance. Hal ini juga memperlihatkan bahwa apa yang diajarkan di Indonesia berbeda dengan apa yang diujikan dan disesuai ketentuankan pada tingkat internasional.

Hasil analisis ludang kecepeh jauh untuk studi TIMSS dan PIRLS memperlihatkan bahwa soal-soal yang dipakai untuk mengukur kemampuan penerima didik dibagi menjadi empat kategori, yaitu:

a. low mengukur kemampuan hingga level knowing.
b. intermediate mengukur kemampuan hingga level applying .
c. high mengukur kemampuan hingga level reasoning .
d. advance mengukur kemampuan hingga level reasoning with incomplete information.

Hal yang sama juga terdapat di kurikulum matematika kelas VIII Sekolah Menengah Pertama di mana juga terdapat beberapa topik yang belum diajarkan di kelas XIII. Ludang kecepeh parahnya lagi, malah terdapat beberapa topik yang sama sekali tidak terdapat di dalam kurikulum dikala ini, sehingga menyulitkan bagi penerima didik kelas VIII Sekolah Menengah Pertama mentpendapat pertanyaan yang terdapat di dalam TIMSS.

Hal yang sama juga terjadi di kurikulum matematika kelas IV SD pada studi internasional di mana juga terdapat topik yang belum diajarkan pada kelas IV dan topik yang sama sekali tidak terdapat di dalam kurikulum dikala ini, menyerupai bisa dilihat pada Tabel 4.

Dalam kaitan itu, perlu dilakukan langkah penguatan materi dengan mengmemperbaiki ulang ruang lingkup materi yang terdapat di dalam kurikulum dengan cara meniadakan materi yang tidak esensial atau tidak relevan bagi penerima didik, mempertahankan materi yang sesuai dengan kebutuhan penerima didik, dan menambahkan materi yang dianggap penting dalam perbandingan internasional.

Sumber

TIM. 2014. Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2014 Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs : Jakarta: Pusat Pengembangan Profesi Pendidik Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Dan Kebudayaandan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
Advertisement

Iklan Sidebar